Senin, 17 Agustus 2020

Pemuda, Sejarah Pergerakan dan Refleksi Kemerdekaan.


Pada tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah bersatu dan telah menanamkan benih Nasionalisme melalui Kongres Sumpah Pemuda. Sejak peristiwa itulah, istilah Indonesia dikenal untuk pulau-pulau yang diduduki oleh Belanda. Lebih ke belakang lagi, lahirnya organisasi Budi Utomo merupakan cikal bakal dari pergerakan nasional hingga memantik kelahiran perjuangan-perjuangan nasional berikutnya. Bisa disebut bahwa pemuda telah berdiri di panggung sejarah ketika jauh sebelum bangsa ini berdiri.


Gelombang gerakan pemuda tiba pada masa proklamasi ketika hantamanya membuat gaduh peristiwa '45. Pasca kemerdekaan, api idealisme pemuda belum padam. Terbukti bahwa bobroknya ekonomi dan krisis politik pada 1965-1966 berhasil membuat gejolak pemuda dan mahasiswa untuk menuntut perubahan yang dikenal dengan TRI TURA (Tiga Tuntutan Rakyat). Hingga ujungnya Orde Lama diruntuhkan. Sampai pada puncak kekecewaan pada Orde Baru, Heroisme pemuda kembali memanas ketika rezim yang berkuasa selama 33 tahun tersebut bertindak Otoriter, serta melanggengkan Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Akhirnya pada tahun 1998 terjadilah demonstrasi besar untuk menuntut keadilan. Para pemuda dan mahasiswa telah berhasil merobohkan Orde Baru dengan kekuatan Reformasi.

Dalam lintasan sejarah bangsa ini, bisa dikatakan bahwa pemuda telah menjadi tokoh utama dari berbagai perubahan bangsa. Slogan yang sering terdengar "Pemuda adalah harapan bangsa dan masa depan bangsa ada ditanganya". Seolah mengingatkan pula pada petuah bapak bangsa yang mengatakan "Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia". Pada akhirnya pemuda memiliki kekuatan untuk melahirkan hal-hal besar. Kekuatan pemuda terletak pada gagasanya, kekuatan fisiknya dan kreasinya. Sebuah hal yang memalukan bila pemuda tidak sadar akan potensinya itu. Mengingat bangsa ini haus akan ide segar, semangat baru dan karya inovatif. Dari siapa lagi jika bukan kita, para pemuda. 

Jika kita bandingkan perjuangan kita dengan pemuda dahulu sebelum kemerdekaan. Musuh pemuda dahulu adalah pistol yang bukan hanya membunuh nyawa namun juga merenggut asa. Perjuangan yang diliputi keterbatasan adalah tantangan pemuda pada era dahulu. Baik terbatas secara ide karena kurangnya pendidikan maupun terbatas secara fisik karena kendala logistik. Perbandingan yang kontras dengan sekarang ketika telah merdeka. Perjuangan kita cukup duduk di depan meja belajar, aktif mengikuti organisasi kepemudaan, melestarikan seni budaya dan berbakti kepada masyarakat. Perjuangan bisa kita lakukan dengan sederhana namun syarat akan makna. 

Perjuangan kita sekarang bukanlah melawan penjajah tinggi berkulit putih. Melainkan berjuang melawan kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Jangan sampai negara ini sudah memproklamasikan kemerdekaan namun rakyatnya masih dalam belenggu penjajahan yang  menghambat kemajuan. Selalu ingat nasihat bapak bangsa bahwasanya "Merdeka bukanlah tujuan malainkan adalah jembatan untuk mencapai tujuan". Di mana ujung Jembatan kemerdekaan adalah gerbang untuk menuju kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, perdamaian abadi dan keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia. 


Penulis : Yusuf Mukib
Editor : Irvan Bayu

Sinergitas Sebagai Upaya Pelestarian Budaya

Harapan kami mulai tercerahkan dengan tersebarnya pamflet yang mengusung tema "Ngobrol Bareng Mas Bupati dengan Pelaku Seni...