Rabu, 19 Februari 2020

Berbagai OKP dan Komunitas Mahasiswa Pacitan Berkumpul Dalam Diskusi Cangkrukan Pemuda.

Berbagai OKP dan Komunitas Mahasiswa Pacitan Berkumpul Dalam Diskusi Cangkrukan Pemuda. 


19 Februari 2020 bertempat di IKM Center Pasaran Sawo, DPD KNPI Kabupaten Pacitan berhasil melaksanakan kegiatan Cangkrukan Pemuda. Kegiatan tersebut mengambil tema "Menakar Keberhasilan Kabupaten Layak Pemuda Sebagai Refleksi Hajatan 275".

Tema yang dibahas dalam acara ini merupakan refleksi kelayakan Pacitan dalam hal kepemudaan berkaitan dengan terpilihnya Kabupaten Pacitan sebagai kota layak pemuda tingkat madya tahun 2019. Sekaligus dalam rangka menyambut hari jadi Pacitan yang ke 275 tahun. 

Kegiatan Cangkrukan Pemuda dihadiri oleh berbagai organisasi kepemudaan dan komunitas mahasiswa di Pacitan.  Di antaranya yaitu HMI,  GMNI, IMM, PMII,  PETUPA,  DPM STKIP, BEM STKIP, BEM STITNU,  BEM STITMUH dsb. Dalam kesempatan diskusi mereka saling bertanya,  memberi masukan dan berargumentasi mengenai berbagai persoalan pemuda di kota Pacitan.
 

"Tujuan kami menyelenggarakan kegiatan ini adalah untuk mempererat silaturahmi antar organisasi kepemudaan dan mahasiswa di Pacitan serta sebagai tempat untuk mewadahi aspirasi pemuda demi terwujudnya pergerakan pemuda Pacitan yang inovatif dan kreatif."  Ungkap Prastyo Aji selaku ketua penyelenggara Cangkrukan Pemuda. 


"Dari terlaksananya Cangkrukan Pemuda tersebut kami berharap ada tindak lanjut mengenai hasil diskusi dan di lain kesempatan ingin berdiskusi lebih intensif dengan menyertakan para pemangku kebijakan supaya aspirasi dapat terdengar secara langsung."  Ujar dari mantan ketua PETUPA tersebut.

Selasa, 18 Februari 2020

Refleksi Pergerakan Permuda, Untuk Pacitan 275 Tahun.

Refleksi Pergerakan Permuda,  Untuk Pacitan 275 Tahun. 

275 tahun merupakan umur yang cukup tua bagi berdirinya sebuah kota.  Pahit manis sejarah dilalui oleh kota ini.  Badai hujan petir masih setia menunggu di depan sana. Kesenjangan sosial,  hegemoni ekonomi, pernikahan dini, rendahnya tingkat pendidikan serta ancaman bencana alam merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi bersama. 

Untuk menjawab persoalan itu dibutuhkan sebuah pergerakan yang mampu memberikan perubahan baru. Demikianlah juga apa yang harus dilakukan pemuda. Sudah seharusnya pemuda sebagai agen perubahan memiliki kepekaan isu sosial dalam upaya untuk menghadapi problematika tersebut. 

Pemuda dan Perubahan sudah menjadi term yang identik.  Ibaratnya kacamata, perubahan ada dalam  kacamata pemuda.  Terlepas apakah kacamata itu dipakai atau tidak. 

Pemuda yang memiliki karakter semangat ber api - api akan terus menyala. Namun,  api semangat seringkali padam. Entah bagaimana tetapi selama bara api itu belum menjadi arang masih ada harapan untuk kembali menyala. 

Akan tetapi juga,  perubahan tidaklah semudah menyalakan api.  Perubahan hanya akan datang kepada orang - orang yang mau berjerih payah.  Ia rela merasakan sengsara dan menunda kenikmatan.  Ia juga rela waktunya dihabiskan untuk berpikir,  beraksi dan berefleksi. 

Pemuda bukan hanya memikirkan dunia asmara tetapi ia harus turut andil dalam memperbaiki kesalahan paradigma.  Pemuda bukan hanya komentar di dunia maya tetapi ia harus berani berbicara dalam aksi nyata.  Pemuda bukan hanya hobi selfie tetapi ia harus mampu bersaing dalam modernisasi.  Pemuda bukan hanya ikut ikut organisasi tetapi ia harus mau mencari jati diri. 

Perubahan bukanlah slogan dan pemuda adalah perubahan.  Seperti itulah pemuda yang kita harapkan bersama. 

Lalu,  yang menjadi pertanyaan. Apakah kita sudah menjalankan tugas kita sebagai pemuda?  Semoga kalian menemukan jawabannya.

Selamat hari jadi yang ke-275 kota tercintaku, Pacitan. Kami barisan para pemuda akan selalu mengawalmu.

Senin, 17 Februari 2020

MAWAS DIRI, NGLARAS BUMI

Aksi dan Diskusi Komunitas Pegiat Lingkungan Memperingati Hari Sampah Nasional. 

Dalam menyambut hari sampah Nasional tanggal 21 Februari 2020,  komunitas pegiat lingkungan yang terdiri dari Guritan, Seasoldier dan Trash Hero Pacitan mengadakan kegiatan Green Camp yang digelar di Pantai Srau pada tanggal 16 - 17 Februari 2020.

Kegiatan tersebut bertemakan Mawas Diri Nglaras Bumi dengan acara inti diskusi lintas komunitas dan bersih - bersih disekitar bibir Pantai Srau.

 "Mawas Diri Nglaras Bumi memiliki arti sebagai langkah kita untuk selalu berhati - hati dalam setiap kegiatan yang kita lakukan untuk bumi.  Bagaimana kita memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak dan hidup berdampingan dengan alam secara seimbang" Ujar Hana selaku ketua penyelenggara Green Camp

Adapun peserta dari Green Camp ini terdiri dari berbagai komunitas yang ada di Pacitan,  Ponorogo dan Surabaya.

Komunitas dari Pacitan dihadiri oleh Mapala Kalaphatar,  Petupa,  Anak Sungai,  SMKN 2 Pacitan, Relawan Bencana Pacitan,  Teman Ngopi dan Karang Taruna desa Candi.  Sementara itu, komunitas dari Ponorogo dihadiri  Pustaka Gerilya dan Surabaya dihadiri oleh Seasoldier Surabaya. 

Kegiatan hari pertama adalah diskusi dengan 3 narasumber yakni, Agnesia Walandau dari Seasoldier, Insya Sabirin dari Pacitan Speologi Club Indonesia dan Suwardi dari Komunitas Anak Sungai.  Setelah itu dihari kedua dilaksanakan bersih bersih di sekitar bibir pantai dengan total sampah yang dikumpulkan seberat 60 kg. 

"Tujuan Kami mengadakan Green Camp adalah supaya terjalin guyup rukun antar sesama komunitas dan menguatkan pergerakan dalam menghadapi fenomena krisis lingkungan sebagai upaya mewujudkan bumi yang lestari." Ungkap salah satu anggota Seasoldier Pacitan tersebut.

Sinergitas Sebagai Upaya Pelestarian Budaya

Harapan kami mulai tercerahkan dengan tersebarnya pamflet yang mengusung tema "Ngobrol Bareng Mas Bupati dengan Pelaku Seni...